Love Will Find The Way

Daisypath Anniversary tickers

Rabu, 23 Juni 2010

Holiday to Europe (Part III-Frankfurt-Titisee-Engelberg)

Rabu, 23 Juni 2010 - 05.30

Jam segini pun matahari sudah mulai muncul, cepat sekali rasanya matahari tenggelam sekarang dah muncul lagi. Masih tidak percaya aku bisa berada di negara yang perbedaan waktunya sekitar 5 jam lebih telat dibanding di Indonesia

Perjalanan ini sudah terjadwal oleh tour, kami mengikuti peraturan dari tour. Salah satu tour guide kami mengingatkan dengan 6,7,8. Yang artinya, jam 6 pagi harus sudah bangun, jam 7 mulai sarapan dan siap2 untuk berangkat ke tujuan berikutnya, jam 8 berangkat. Aku sekeluarga tidak ingin telat, karena waktu yg tersisa bisa kita gunakan untuk berfoto2 di sekitaran hotel. Waktu yg tersisa juga bisa kita pakai untuk berkenalan dengan peserta tour yang lain.

Tepat pukul 08.00 kita berangkat menuju tujuan berikutnya, yaitu Titisee Lake and Blackforest Mountain. Ditengah perjalanan kami berhenti di tempat pemberhentian untuk istirahat. Kebetulan tempat pemberhentiannya ada swalayan kecil. Tidak mungkin kalau kita tidak belanja makanan. Ada seorang wanita yang paruh baya membeli coklat atau jajanan begitu banyak, yang dibagikan didalam bis. Wanita itu adalah ibunya Rei, teman satu bangku aku di bis. Aku menemukan kedai BK atau Burger King. Tidak tertarik aku dengan makanan cepat saji itu. Aku lebih memilih makan yang lain. Karena di Indonesia saja sudah ada BK, kecuali kalau belum ada, barulah aku penasaran :D Didalam swalayan kecil itu aku menemukan sebuah majalah dewasa yang dipajang bebas di rak majalah. Hal seperti ini sangat biasa sekali ya, sampai majang majalahnya saja seenaknya. Begitu aku ambil pun, malah salah satu peserta tengah memergokiku sambil bertanya, “hayooo megang apa tuh?” LOL

Setelah para peserta selesai beristirahat, beli makanan, dll. Kita segera bergegas masuk bis kembali. Tapi waktu kita mau masuk bis, ada 2 ornag polisi Jerman yang sedang mengecek passport kita. Dikiranya kita imigran gelap kali ya. Polisi itu mengecek beberapa dari kita, tapi yang namanya Orang Indonesia, tidak bisa melihat kamera nganggur, alhasil beberapa ada yang sambil minta difoto. Si polisi pun tadinya tidak mau diajak foto, sampai akhirnya mereka pun tertawa sambil ikutan nyengir2 malu.

Perjalanan dilanjutkan kembali. Karena saking jauhnya perjalanan, banyak juga peserta yang lelah tertidur pulas. Aku tidak bisa tertidur karena ingin menikmati perjalanan ini. Jembatan, lorong, bukit, rumah2 di sepanjang jalan kami lewati dan tibalah kami di Titise Lake dan Blackforest Mountain, letaknya di Barat Daya Jerman. Begitu sampai, kami semua tak sabaran pingin turun, begitu buka pintu… brrrrr… suhu disini lebih dingin, kira2 mencapai 18 drjt Celcius. Begitu sampai pun kami malah langsung foto2 dipinggir jalan, jalanannya memang sepi sekali, kalau mau dibawa tidur juga tidak masalah mungkin hehehe…

Kita berjalan menyusuri pertokoan yang terbilang cukup ramai dengan pengunjung. Entah banyak sekali yg berkumpul diluaran took, cafe. Kami dibawa menuju tempat makan. Kami makan makanan khas eropa, akhirnya… Menu yg keluar pertama kali yaitu sup hangat, lalu steak daging lengkap dengan French Fries-nya, lalu ditutup dengan kue black forest, kuenya sangat enak sekali, terasa pas dilidahku.

Dari luaran bangunan di tempat makan ini ada jam besar cockoo clock-nya atau jam kukuk. Pemilik toko ini adalah keturunan India, tapi dia ga mau dibilang keturunan India, dia juga jago bahasa Indonesianya. Toko yang bernama Drubba ini menjual perabotan atau souvenir, baju, tas, dsb. Sebagai kenang2an, aku juga beli si jam kukuk itu loh dan beli gantungan kunci yg lucu-lucu. hehehe…

Setelah puas jalan2 di toko itu, kami pun keluar dan menyusuri pertokoan2 disepanjang jalan, beli berbagai macam coklat, foto-foto di tengah jalan, dipinggir danau titisee. So much fun to be here. Disini aku banyak ketemu anjing yang lucu (kok anjing yang dibahas?), sempat foto beberapa dengan pemiliknya, salah satunya dengan anjing bernama Toby yang dibawa oleh pasangan kakek dan nenek yang ternyata si kakek pernah bekerja di daerah Kalimantan. Ada anjing seperti milik paris Hilton, dan anjing besar sejenis Bernard. Tapi kurasa bukan itu jenisnya. :D

15.48, setelah selesai berkeliling kami dipanggil untuk masuk ke dalam bis dan melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini tujuannya adalah ke Schaffhausen melihat air terjun sungai Rhein. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam 15 menit untuk mencapai ke perbatasan Swiss. Diperbatasan ini kami sempat terhenti untuk diperiksa tujuan kami. Dan aku baru tau kalau di perbatasan ini tidak boleh mengabadikan moment. Kami sudah diingatkan oleh tour guide kami, tapi aku nekad saja ambil foto tanpa blitz agar bisa dibawa pulang ke rumah. :p
Terlihat memang cukup ketat di perbatasan ini. Seandainya Indonesia seperti ini, semuanya akan aman dari segala ancaman.

Perbatasan Germany dengan Swiss ini terletak di daerah perbukitan dan ditandai dengan gerbang bertuliskan Zoll Bargen, kalau diartikan di translate google jadi kebiasaan menyembunyikan? Maksudnya apa ya? *mikir* 

45 menit kemudian (5.45) tibalah kami di Air Terjun Sungai Rhein. Sungai Rhein ini adalah salah satu sungai terpanjang di Eropa. Sungai ini mengalir dari Swiss lalu ke Jerman dan berhilir di Amsterdam. Untuk melihat Air Terjunnya, kami harus turun melewati beberapa anak tangga. Air Terjunnya sangat cantik sekali. Kami mengabadikan momen bersama2 dengan latar belakang air terjun Rhein. Aku, papa dan mama juga berkeliling di sekitaran komplek wisata itu. Karena kita sampai sudah terlalu sore, dan tempat tersebut nyaris tutup, jadinya kami cuman kurang lebih 1 jam untuk menikmati wisata Air Terjun Sungai Rhein. Setelah itu kami naik ke atas dan masuk ke dalam bis lalu melanjutkan kembali perjalanannya.

19.34, walau belum gelap kami sudah mengantuk, dan ini terbilang telat jadwal kita harusnya sudah makan malam. Tapi jam segini kami masih ada di Toll dan menuju ke Luzern. Bis melewati perbukitan yang disampingnya terdapat danau Luzern, sangat cantik sekali. Jalanan kami pun makin lama makin menanjak. Kiranya kami menuju Gotthard.

Pada pukul 20.30 aku melihat pegunungan yang tinggi sekali dan berkabut, diatasnya berselimutkan salju. Katanya salju itu tidak pernah habis, makanya disebut Salju Abadi. Waaw… akhirnya aku akan melihat salju. :D Tapi kebayang pasti dingin banget tinggal diatas sana… semoga saja aku kuat menahan dinginnya udara. Aku memang tidak kuat dingin tapi senang dengan yang dingin-dingin hehehe aneh.. :P

Benar saja dugaanku, begitu keluar dari bis, udara dingin bersuhu 10 derajat celcius langsung menusuk tulangku… Brrrrr… sumpah ini suhu paling dingin yang pernah aku rasakan selama di Europe. Musim panas saja suhunya bisa sedingin ini bagaimana musim dingin? Bisa berminus2 kali ya.

Sebelum masuk hotel kami menikmati makan malam di salah satu Hotel daerah Engelberg, suasana hotel begitu hangat dan nyaman. Kami disajikan Vegetable Cream Soup sebagai menu pembuka. Makanannya sangat lezat dan hangat, setelah itu Main Course Roasted Chicken Breast served with potatoes and vegetables of the day, hmmm so nyummy and very full after I ate those food. Terakhir keluarlah sang desert yaitu Cream Cake with apple and forrest farries ragout. Sebenarnya aku sudah sangat kenyang sekali, tapi katanya harus makan banyak biar ga sakit. Sayang kan kalau lagi liburan jauh gini harus sakit. Sewaktu memasukkan suapan pertama cake ini ke mulutku, rasa enek dan kenyang pun langsung luluh, semua tergantikan dengan nafsu makan yang nikmat sekali. Sangat enakkk sekali makanan disini.

Setelah selesai makan, kita membawa masing-masing koper yang sudah diturunkan menuju hotel masing-masing. Karena ada 2 bis dan hotel yg terbatas, jadinya kami berada di hotel sesuai dengan peserta yang ada di bis. Kami mendapatkan Hotel Engelberg, karena sudah malam dan matahari di sini sudah lebih dulu tenggelam jadi jalanan agak gelap, sepi, dan dingin. Ada cafe yg masih buka sedang menyiarkan siaran sepak bola Piala Dunia 2010. Kami tidak sempat menontonnya karena sudah lelah di perjalanan. Kami langsung saja menuju hotel. Dan aku mendapat kamar di nomor 305 bersama dengan ci Liana.

Hotelnya agak seram, tapi cukup efisien dalam hal listrik. Klo kita masuk ke satu ruangan, lampunya baru akan menyala, tapi klo kita tutup, lampunya ikut mati. Tapi lumayan bikin gemertak gigi klo mau melewati satu ruangan. 

Di Hotel pun aku langsung mandi dikamar mama dan papa dilantai 2, setelah itu baru aku naik ke kamarku. Ci liana memang sedang mandi sewaktu aku mau tidur, tapi tak berapa lama, kurasakan dada ini sesak sekali, susah sekali aku bernafas. Aku takut sekali, sampai pada akhirnya aku tidak kuat dan izin ke ci Liana untuk tidur di kamar mama papa saja, aku pikir akan lebih hangat bersama mereka.

Tapi ternyata tidak juga, setelah aku mencoba tidur dikamar papa mama, dinginnya masih menusuk2 paru2ku. Haduh, kesulitan bernafas aku. Mama coba menenangkan aku dengan membungkusku pakai pakaian hangat 3 lapis, kepalaku dibungkus pasmina, digosokkan minyak kayu putih, dipakaikan kaos kaki dan sarung tangan, ternyata belum cukup menghangatkanku, aku sampai sesenggukan untuk menarik nafas. Sampai2 aku menangis tidak mau ikut pergi ke Gunung besok pagi. Tapi papah tak kehilangan akal, papa melihat pipa penghangat di pojok ruangan kamar, lalu dihidupkan. Ternyata benar, penghangat itu memang harus dinyalakan. Aku memojokkan diri di pipa itu, sampai merasa ruangan sudah cukup hangat baru aku bisa tertidur lelap. 

(Bersambung kembali.. ^_^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar