Love Will Find The Way

Daisypath Anniversary tickers

Selasa, 30 November 2010

Menunggu

Menunggu sesuatu rasanya bikin dag dig dug.
Tidur tidak nyenyak, nafsu makan juga terganggu, gelisah...
Mungkin itu yang aku rasakan kemarin.

Menunggu pengumuman seleksi masuk di salah satu instansi pemerintah.
Aku ikutan seleksi?
Hmm.. bukan aku kok. Tapi Pacarku yang ikutan seleksi.
Inilah saat yang paling menentukan dalam hidupnya dan hubungan kami.
Kenapa dalam hubungan kami juga menentukan?
Karena inilah jalan satu-satunya agar dia segera meminang aku. ^.^v

Sejak dari pagi jujur aku tidak bisa bekerja dengan tenang, bolak balik ke halaman web instansi tersebut. Hasilnya belum keluar juga, tiap menit aku mencoba me-refresh halaman web dengan menekan F5 pada keyboard.

Aku menghubungi pacarku yang sedang menunggu hasilnya juga di rumahnya. Dia pun juga sama, gelisahnya melebihi dari yang aku rasakan.

Sampai waktunya makan siang, tangan ku tidak berhenti menekan tombol F5. Dan sampai lah pada titik kelelahan, seperti sudah tidak ada tenaga lagi.

Tepat di pukul 15.15 WIB, dengan perasaan yang sudah tidak menentu lagi, aku menekan sekali lagi tombol F5, dan ternyata tampilan halaman web-nya berubah.

Langsung saja aku mencari pengumuman peserta yang telah dinyatakan lulus setelah mengikuti rangkaian seleksi mulai dari administrasi, tes tertulis, dan terakhir wawancara.

Dan hasilnya... Puji Tuhan Pacarku Lulus, dan akan mengabdikan hidupnya untuk negara dan bangsa.



Selamat untuk Pacarku... ^.^v

Senin, 29 November 2010

HRD Judes

Minggu malam, 28 November 2010

Malam ini ada acara kondangan di daerah Ragunan. Biasanya di acara seperti ini kita dapat berkumpul dengan teman lama. Yang sebagian mungkin akan kaget dengan penampilan beberapa teman lama. Entah dia makin cantik, tambah gendut, makin kurus, sudah punya anak, dan berbagai macam komentar bisa saja timbul pada malam itu.

Terlihat beberapa teman sedang berbincang, bersenda gurau, bernostalgia. Dan terlihat ada seorang teman wanitaku yang sedang mengantri makanan, dan aku pun ikut mengantri dibelakangnya. Kesempatan berbicara pun aku mulai. Diawali dengan menanyakan kabar, kerja dimana sekarang ini, posisi sekarang apa? dan dijawab dengan pernyataan yang datar disertai dengan muka yang judes, tatapan matanya pun tak lepas menyorotiku dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Diketahui bahwa temanku ini baru keterima kerja sebagai HRD di salah satu perusahaan telepon seluler yang terkenal dengan istilah "hand phone sejuta umat". Beruntunglah temanku ini mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya waktu kuliah dulu.

Selama berbincang, aku mengalami ketidaknyamanan karena tatapan matanya dan sikapnya yang judes itu. Seakan-akan merasa direndahkan olehnya. Tidakkah dia bisa sedikit ramah kepada orang-orang yang sudah lama tidak pernah bertemu dengan dia? Aku juga punya teman-teman HRD tapi tidak sekejam itu sikapnya. Atau memang sudah pembawaannya dia? Atau juga HRD memang membutuhkan orang-orang yang dingin seperti dia? Hmm... tidak bisa berkomentar banyak mengenai hal ini.

Ternyata argumenku ini didukung oleh pasanganku yang ikut mengantri saat itu, dan berkomentar setelah menjauh dari temanku ini. Dia bilang, "Kalau HRD yang wawancara judesnya seperti itu, aku lebih baik ga jadi wawancara, mending keluar aja dari ruangan langsung".


Minggu, 28 November 2010

Kekhawatiran

Pada suatu malam sepulangku bekerja, aku bertemu dengan seseorang wanita yang lama ku tak berjumpa dengannya, parasnya nampak tua, berkulit putih, biasa ku memanggilnya dengan sebutan mami. Beliau banyak bercerita tentang kehidupannya, disela2 perbincangan dia memberiku sebuah buku kecil.

Ku melihat isi dari buku itu. Dan tertarik dengan salah satu kalimat didalamnya.
"Janganlah khawatir tentang hari besok. Sebab besok ada lagi khawatirnya sendiri. Hari ini sudah cukup kesusahannya, tidak usah ditambah lagi."
Apabila dipahami, kalimat tersebut memang benar, kita tidak perlu mengkhawatirkan apa yang akan terjadi esok, karena hari ini saja mungkin sudah cukup banyak kesulitan yang kita alami.

Akan tetapi kita pun sebagai manusia tidak mungkin tidak mengkhawatirkan tentang keadaan selanjutnya. Yang akan muncul dibenak kita adalah semacam pertanyaan : Gimana ya? Bagaimana kalau? Bisa tidak ya? dan sebagainya yang mungkin kita sendiri juga tidak bisa menjawab kekhawatiran kita sendiri.

Lalu bagaimana kita harus menghadapi kekhawatiran kita sendiri?
  1. Hal yang paling utama dalam hidup kita, jangan pernah tinggalkan Tuhan. Kita dapat memanjatkan doa agar Tuhan dapat menolong kita. Tenangkan diri kita terlebih dahulu sebelum berdoa.
  2. Carilah orang tua / teman yang bisa diajak tukar pikiran. Siapa tahu pikiran mereka lebih terbuka, dan bisa mengurangi kekhawatiran kita.
  3. Pelan-pelan coba temukan akar dari kekhawatiran kita. Apa yang menyebabkan kita menjadi khawatir? Lalu temukan pikiran logis atau fakta-fakta yang dapat kita lawan rasa kekhawatiran kita.
  4. Tanamkan pada pemikiran kita bahwa semua ini sudah ada jalannya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena Tuhan sudah mengaturnya untuk kita masing-masing.
  5. Selalu berpikir positif dalam setiap keadaan, dan kita pun akan merasa tenang dalam menjalani kehidupan tanpa rasa khawatir.